Padang, Sumatera Barat – Provinsi Sumatera Barat RTP PG kembali menunjukkan potensi besar sektor perikanannya di mata dunia dengan mengekspor sebanyak 19.976 kilogram ikan tuna ke Amerika Serikat. Ekspor ini dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, yang selama ini menjadi salah satu pintu utama distribusi hasil laut Sumbar ke berbagai negara.

Ekspor kali ini bukan hanya mencerminkan keberhasilan industri perikanan lokal dalam memenuhi standar internasional, tetapi juga memperlihatkan bahwa Sumatera Barat mampu bersaing di pasar global. Tuna yang dikirim merupakan hasil tangkapan nelayan setempat, terutama dari kawasan pesisir barat seperti Pesisir Selatan, Padang, dan Kepulauan Mentawai.

Kualitas Tuna Sumbar: Daya Tarik di Pasar Internasional

Tuna dari perairan Sumatera Barat dikenal memiliki kualitas tinggi. Lautan lepas Samudera Hindia di sekitar wilayah ini merupakan habitat yang subur bagi spesies tuna sirip kuning (yellowfin tuna) dan bigeye tuna yang bernilai ekonomis tinggi.

Pemerintah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Barat menegaskan bahwa ikan yang diekspor telah melewati proses standar mutu internasional, termasuk sistem cold chain yang ketat, pemeriksaan karantina, dan pelabelan sesuai dengan persyaratan ekspor Amerika Serikat.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, ekspor kali ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah daerah dalam mendorong produk perikanan untuk menembus pasar global. “Kami terus memperkuat kerja sama antara nelayan, koperasi, dan pelaku usaha ekspor agar nilai tambah perikanan dapat dirasakan secara merata,” ujarnya.

Peran Pelabuhan Teluk Bayur

Pelabuhan Teluk Bayur, yang selama ini lebih dikenal sebagai pelabuhan ekspor batubara dan semen, kini juga mulai memainkan peran penting dalam pengiriman komoditas perikanan. Keberadaan infrastruktur pendingin dan fasilitas logistik di pelabuhan ini turut mendukung kelancaran ekspor produk perikanan segar.

Dalam ekspor tuna kali ini, proses pengiriman dilakukan menggunakan kontainer berpendingin (reefer container) yang memastikan ikan tetap segar sampai ke tujuan. Pihak Karantina Ikan juga telah memberikan sertifikat kesehatan ikan, memastikan bahwa produk yang dikirim bebas dari penyakit dan layak konsumsi.

Nilai Ekonomi dan Dampak bagi Nelayan Lokal

Dengan total hampir 20 ton tuna yang dikirim, nilai ekspor diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Ini menjadi kabar baik bagi nelayan lokal, karena permintaan dari luar negeri membuka peluang pasar yang lebih luas dan stabil.

Para nelayan di Pesisir Selatan dan sekitarnya menyambut baik tren ekspor ini. Mereka merasakan adanya peningkatan harga beli ikan dari pengepul dan pengusaha ekspor. “Dulu tuna besar dijual ke lokal saja, harganya tidak terlalu tinggi. Sekarang, karena diekspor, harganya bisa dua kali lipat,” ungkap seorang nelayan di kawasan Carocok Tarusan.

Namun, tantangan tetap ada. Tidak semua nelayan memiliki fasilitas pendingin atau akses langsung ke pembeli ekspor. Karena itu, pemerintah daerah bersama pelaku industri tengah mendorong pembentukan koperasi nelayan dan fasilitas cold storage terpusat di titik-titik pengumpulan ikan.

Komitmen terhadap Kelestarian Laut

Di tengah euforia ekspor, perhatian terhadap keberlanjutan sumber daya laut juga menjadi perhatian penting. Pemerintah mengimbau agar penangkapan tuna dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan, menghindari praktik penangkapan berlebihan (overfishing) dan menggunakan alat tangkap selektif seperti pancing ulur (handline).

Selain itu, Indonesia telah menjadi anggota dari organisasi pengelolaan tuna dunia seperti Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), yang mengatur kuota dan standar penangkapan tuna demi menjaga populasi ikan di perairan internasional.

Harapan ke Depan

Keberhasilan ekspor tuna dari Sumbar ke Amerika ini diharapkan menjadi momentum bagi peningkatan daya saing komoditas kelautan lainnya. Sumbar memiliki potensi besar dalam perikanan tangkap maupun budidaya, termasuk komoditas lain seperti cakalang, tongkol, udang, dan rumput laut.

Langkah strategis ke depan mencakup peningkatan kapasitas nelayan, perbaikan infrastruktur pelabuhan perikanan, digitalisasi rantai distribusi, serta promosi produk kelautan Sumbar ke pasar ekspor non-tradisional seperti Timur Tengah dan Asia Timur.

Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan nelayan, Sumatera Barat diharapkan mampu menjadi salah satu provinsi penggerak utama ekspor hasil laut nasional. Tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal, tapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai negara maritim dengan kekuatan ekspor perikanan yang solid.

bonus new member 100